Meluaskan Makna Qurban
Kesempitan Dalam Kesempatan
Alhamdulillah Allah masih memberikan kesempatan kepada kita untuk menghirup udara segar di hari raya ini. Namun kesempatan yang luas ini kadang terasa sempit ketika mengingat sebahagian saudara kita yang masih berjuang melawan sakit. Situasi pandemi yang belum berhenti mau tak mau dapat membatasi gerak langkah kita dalam meraih mimpi menjadi pejuang keluarga setiap hari. Mereka yang bekerja mesti kehilangan mata pencahariannya karena PHK, sebagian pedagang omsetnya mulai berkurang, bahkan para petani pun ikut rugi karena harga jual hasil bumi tidak sebanding dengan biaya pemeliharaan.
Dan hari raya idul adha tetap hadir
dalam situasi seperti ini. Kehadiran hari raya yang kerap menjadi ajang
kebahagiaan kita, kini seolah sedikit menakutkan. Bagaimana tidak, suasana yang
mestinya meriah penuh dengan gelak tawa bahagia kini harus sedikit terkekang. Pasalnya,
peraturan pemerintah yang membatasi kegiatan di masyarakat. Sebenarnya
tujuannya bagus yaitu agar masyarakat lebih banyak yang selamat dari penyebaran
wabah yang tengah melanda. Dan alhamdulillah masyarakat di desa kami cukup
bijak dan cerdas. Kami masih bisa melakukan ritual di hari raya, namun tetap
antisipatif dalam posisi waspada.
Diantara ikhtiar yang dilakukan
warga masyarakat Sagarahiang ialah membagi tempat kegiatan shalat Idul Adha ini
menjadi 5 titik. Dan Alhamdulillah kebijakan pemerintah desa ini cukup efektif.
Hal ini terbukti dengan jumlah jamaah yang tak terlalu tumpah seperti biasanya.
Misalnya sebagai warga RT 05 kami dianjurkan untuk mengikuti raya di titik
utara, tepatnya di musholla Blok Pamijen. Dan nampaknya cukup berhasil. Saya
melihatnya di titik lain di mana saya menjadi salah satu petugas pelaksanaan
shalat idul adha. Di sana tidak terlalu banyak warga RT 05 yang berkerumun. Warga
kami sudah merelakan dirinya mengikuti aturan pemerintah demi kemaslahatan
bersama. Dan ini bagi kami merupakan bagian dari bentuk pengorbanan.
Kisah Terdahsyat dalam Pengorbanan
Berbicara masalah pengorbanan ini tentu tidak akan terlepas dari sebuah kesunahan yang agung di bulan rayagung, yaitu qurban. Makanya, selain idul adha nama hari raya ini juga disebut idul qurban. Keagungannya bermula dari kisah dahsyat ayah dan anak yang sama-sama kekasih Allah yakni Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS. Nabi Ismail remaja saat itu merupakan anak semata wayang yang diidamkan sejak lama oleh sang ayah. Wajah nan tampan dihiasi dengan perangai akhlak yang indah membuat semakin besar rasa cinta dan bangga Nabi Ibrahim kepadanya. Namun di tengah asyik-masyuk bahagia keluarga ini, Allah memerintahkan bapak para anbiya untuk menyembelih putra kesayangannya.
Setelah bermusyawarah panjang dengan
anak istri, kesimpulannya semua sepakat perintah itu pun akan dilaksanakan. Tak
terbayang bagaimana perasaan mereka saat itu. Namun, karena ini perintah Allah,
semua rasa yang mengganjal di dada dienyahkan seketika, demi meraih cinta
sejati kepada Allah Swt dengan wujud ketaatan yang mutlak kepada-Nya. Tetapi
Allah yang Maha Penyayang sejatinya tidak mau mengambil sesuatu dari hamba-Nya, melainkan ingin menggantinya dengan yang lebih baik. Walhasil sembelihan pun
diganti langsung oleh Allah dengan domba (binatang ternak).
Dan sejak saat itu kisah tersebut
dijadikan sebagai syariat agama yang terus abadi sepanjang jaman. Dan
Alhamdulillah bukan anak manusia yang disembelih, namun hewan qurban berupa unta, sapi atau domba. Menyembelih hewan qurban berbeda dengan menyembelih hewan
biasa. Dalam qurban ini waktunya khusus yaitu pada hari idul qurban dan tiga hari
setelahnya yang disebut dengan hari tasyrik, yaitu tanggal 11,12 dan 13 Dzulhijjah.
Meluaskan Makna Qurban
Kisah dahsyat keluarga Nabi ini
diabadikan dalam syariat Nabi Muhammad Saw.
Qurban ini memiliki makna tersirat yaitu menghadirkan pentingnya
pengorbanan dengan mencontoh kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS. Jadi
makna qurban bisa diperluas tidak hanya sebatas menyembelih unta, sapi atau
domba. Tetapi mengandung pelajaran berharga yakni memberikan sesuatu yang
diberikan oleh Allah kepada kita, berupa hal yang dicintai dan dibanggakan demi
memenuhi ketaatan kepada Allah. Dan makna ini hakikatnya melanggengkan nikmat
dari Allah agar abadi tidak hanya di dunia yang fana melainkan dapat kita petik
hasilnya di akhirat sana.
Berdasarkan pemaknaan ini maka
perjuangan dalam menegakkan syiar Allah merupakan bentuk pengorbanan. Siapapun anda bisa melakukan pengorbanan
dengan apapun. Seorang pejabat bisa berkorban dengan jabatannya. Hal ini bukan
berarti dia harus melepaskan jabatan, melainkan menggunakan jabatan untuk
hal-hal yang diridhoi oleh Allah. Misalnya membuat kebijakan yang pro pada
dakwah dan pembangunan sarana agama, membuat peraturan yang mengarah kepada
amar ma’ruf nahi munkar, dan hal positif yang bisa ditegakkan dengan kekuasaannya
sebagai pejabat.
Orang yang memiliki harta tentu bisa
mengabadikan harta yang dimilikinya dengan jalan memperjuangkan agama Allah
seperti membantu pembangunan masjid, madrasah, pesantren dan sebagainya.
Seperti diketahui bersama bahwa masyarakat desa Sagarahiang hari ini sedang
melaksanakan pembangunan Masjid Al-Amin. Berdasarkan hitungan saya hari ini
tepat 30 hari berjalan proses pembangunan masjid Al-Amin. Panitia dan warga
secara umum memimpikan agar kegiatan pembangunan dapat terselesaikan secara
cepat dan tepat, karena mereka rindu dengan masjid kebanggaan desa ini. Di
sinilah peluang bagi para agniya yang berlimpah harta untuk melakukan
pengorbanan yang hakiki dengan hartanya. Wakaf, infak, sedekah sebesar rasa syukur Anda bisa disalurkan langsung kepada Panitia Pembangunan Masjid Al-Amin rekening Bank BJB ini: 0116528711100
Apalah artinya menyembelih seekor
kambing bagi para jutawan, milyarder atau trilyuner. Bagi mereka uang dua-tiga
juta untuk membeli domba seperti uang jajan harian anak-anak. Maka teruntuk saudaraku yang
berkelimpahan harta, mari abadikan harta anda dengan pengorbanan yang mulia
ini.
Bagi kaum cerdik cendia, para ulama,
asatidz mereka memiliki ladang amal tersendiri dalam menghidupkan syiar agama
Allah. Masyarakat pada umumnya masih banyak yang awam terhadap agama. Mereka butuh
pencerahan, pencerdasan, dan pemberdayaan. Dan ilmu yang anda miliki sejatinya
ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Oleh karena itu janganlah bakhil dengan ilmu.
Raihlah ilmu, amalkan dan dakwahkan kepada masyarakat. Tidak elok anda berdiam
diri ongkang-ongkang kaki di menara gading, sementara masyarakat dibiarkan
menjadi bodoh akan ilmu dan agamanya.
Pengorbanan dalam arti luas tidak
terbatas kepada kaum hartawan dan orang berpendidikan. Siapapun bisa
melakukannya dengan apapun yang dimiliki. Termasuk orang yang marginal secara
ekonomi atau fakir miskin pun bisa mengambil bagian pengorbanan ini. Kesabaran
mereka dalam menjalani hidup ini adalah bentuk pengorbanan. Ketabahan mereka
untuk tetap dalam rel aturan Allah, tidak menghalalkan segala cara untuk
mendapatkan kesejahteraan juga berntuk pengorbanan. Jangan sampai anda menjadi
orang yang sengsara di dunia dan merana di akherat. Raihlah kebahagiaan dengan
tetap sabar menghadapi kehidupan.
Dan semuanya juga butuh kesabaran. Sabar
bukan berarti diam tak berbuat. Harus ada usaha dan ikhtiar. Harus ada gerakan
untuk hidup lebih baik. Air yang diam lama-kelamaan akan menjadi keruh, hijau
dan berkuman. Sementara air yang yang bergerak mengalir akan semakin jernih dan
meluas manfaatnya. Dalam pepatah arab dikatakan alharokah barokah. Bahwa bergerak,
berusaha, berjuang itu akan mengundang keberkahan, kemenangan dan kebahagiaan.
Meluaskan makna qurban bukan berarti
menafikan syariat. Tetapi bermaksud menggali inspirasi dari ibadah ritual untuk
lebih luas manfaatnya secara sosial. Karena syariat agama harus tetap dijunjung
tinggi. Meskipun terkadang kita merasa geli dengan jurang pemisah yang
terbentang antara hukum agama (ilmu) dengan realita di lapangan. Ini sedikit
saya sajikan cuplikan video menggelitik seputar qurban berupa Pertanyaan Unik
Khas Warga Udik (Pedesaan):
Posting Komentar untuk "Meluaskan Makna Qurban"